Analis Kebijakan Publik: Kenaikan Harga BBM Bukan Dalih untuk Hemat APBN

INDONESIANEWS.ID, Jakarta: Rencana pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi dengan dalih penghematan APBN masih “separuh-separuh”. Analis kebijakan publik Lina Miftahul Jannah mengungkapkan masih ada sektor anggaran lain yang bisa dihemat demi menekan pengeluaran negara.

“Contoh, biaya perjalanan [pejabat] itu masih dibuka kerannya. Biaya rapat, itu hal-hal yang bisa dikurangi dengan cukup signifikan. Jadi dievaluasi perjalanan dinas yang harus dengan golongan sekian, di hotel bintang sekian. Dengan kamar kelas sekian. Bisa dikurangi, bisa menghemat banyak,” kata Lina, Rabu (31/8/2022).

Sementara itu, Direktur Riset Senior dari Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Piter Abdullah memperkirakan pemerintah bisa menghemat sebesar Rp76 triliun dari kebijakan menaikkan harga BBM bersubsidi.

Hitungan ini dengan asumsi menaikkan harga pertalite menjadi Rp10.000/liter dari sebelumnya Rp7.650/liter.

“Penghematannya terlalu sedikit untuk risiko yang terlalu besar,” kata Piter.

Risiko besar tersebut adalah “lonjakan inflasi sangat besar” yang ia perkirakan tahun ini berada di angka 6 – 10%. Inflasi ini akan berdampak pada daya beli masyarakat yang menurun, perlambatan pertumbuhan ekonomi, dan investasi terhambat.

“Pembukaan lapangan kerja juga tidak akan maksimal, artinya pengangguran akan bertambah,” kata Piter.

Dampak kenaikan harga BBM bersubsidi juga bukan hanya menyasar kelompok miskin, tapi juga menengah, termasuk industri.

“Keputusan menaikkan BBM bersubsidi itu berisiko besar yang akan mempertaruhkan reputasi pemerintah, reputasi Pak Jokowi,” tambah Piter.*(Redaksi)

Redaksi
Author: Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *